- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
BITCOIN HUNTER - Bitcoin menguat sangat tinggi sepanjang tahun 2017 ini. Pemakaian bitcoin pun terus meluas, tidak hanya sebagai instrumen investasi daring, tetapi juga sejumlah peritel yang menerimanya sebagai alat pembayaran.Tetapi demikian, valuta digital dipandang terus tumbuh sebagai bahaya finansial paling besar abad ini. Pasalnya, tidak ada regulasi yang mengatur dan mengawasi, dan perdagangannya pun tidak stabil, memunculkan ketidakpastian yang terus menghantui.
Investor valuta digital Oliver Isaacs memandang, bitcoin bakal mengalami bubble, yakni kondisi di mana harga melambung sangat tinggi dan memunculkan gejolak. Kemudian, bitcoin akhirnya bakal hancur."Secara pribadi, saya rasa bitcoin bakal menjadi bubble paling besar sepanjang sejarah. (Kualitas) bitcoin sudah menembus 10.000 dollar AS (setara kurang lebih Rp 135 juta) dan tidak bakal lama lagi valuasi dan harga bitcoin bakal menguat dan bergerak tidak terkendali," ucap Isaacs semacam dikutip dari Express.
Kualitas bitcoin juga pernah menembus 20.000 dollar AS per unit atau kira-kira mencapai Rp 270 juta baru-baru ini. Tetapi demikian, kualitas bitcoin pun pernah merosot lumayan tajam hanya dalam waktu sekejap.saacs membahas, sekarang investasi pada bitcoin bisa memberbagi keuntungan yang lumayan signifikan. Tetapi, layaknya investasi saham, risikonya pun sangat tinggi.
"Mirip dengan investasi di pasar modal, penting bagi Kamu untuk waspada dan menghindari penempatan satu telur pada satu keranjang (fokus pada satu instrumen saja)," ungkap Isaacs.
Ia membicarakan, sebab minimnya regulasi, maka investasi pada bitcoin benar-benar berisiko. Tidak hanya itu, tidak ada yang tahu kapan bitcoin akhirnya bakal hancur atau kualitasnya merosot tajam.
Sebuah survei terakhir yang digelar Wall Street Journal kepada 53 orang ekonom menemukan bahwa 51 orang ekonom memandang harga bitcoin tidak berkesinambungan.
Sementara itu, sejumlah pakar yang disurvei oleh CNBC menyebut bahwa penguatan kualitas bitcoin merupakan bubble dan kemerosotannya tidak terhindari.
Studi yang diperbuat oleh para pakar di Anglia Ruskin University, Trinity College Dublin, dan Dublin City University, Irlandia menyebutkan bahwa bitcoin bisa mengancam stabilitas keuangan valuta dan pasar finansial tradisional. Laporan studi ini dihadirkan akhir pekan lalu."Bukti yang kita temukan merupakan harga bitcoin dengan cara artifisial dipengaruhi investasi yang sifatnya spekulatif, menempatkannya pada kondisi bubble," jelas Larisa Yarovaya, salah satu penyusun studi dan pembimbing di Anglia Ruskin University.
Meski tidak sedikit risiko yang menghantui, tetapi Isaacs sendiri meyakini bahwa masa depan valuta digital dengan cara umum tetap cerah. Faktor ini sejalan dengan permintaan yang tetap besar dan beberapa pertimbangan regulasi yang diperbuat otoritas tidak sedikit negara.
"Masa depan teknologi blockchain (teknologi di balik valuta digital) tampak cerah dan berpotensi mentransformasi masa depan seluruh industri dari pasar perumahan hingga layanan kesehatan dan hukum," tutur Isaacs.
Investor valuta digital Oliver Isaacs memandang, bitcoin bakal mengalami bubble, yakni kondisi di mana harga melambung sangat tinggi dan memunculkan gejolak. Kemudian, bitcoin akhirnya bakal hancur."Secara pribadi, saya rasa bitcoin bakal menjadi bubble paling besar sepanjang sejarah. (Kualitas) bitcoin sudah menembus 10.000 dollar AS (setara kurang lebih Rp 135 juta) dan tidak bakal lama lagi valuasi dan harga bitcoin bakal menguat dan bergerak tidak terkendali," ucap Isaacs semacam dikutip dari Express.
Kualitas bitcoin juga pernah menembus 20.000 dollar AS per unit atau kira-kira mencapai Rp 270 juta baru-baru ini. Tetapi demikian, kualitas bitcoin pun pernah merosot lumayan tajam hanya dalam waktu sekejap.saacs membahas, sekarang investasi pada bitcoin bisa memberbagi keuntungan yang lumayan signifikan. Tetapi, layaknya investasi saham, risikonya pun sangat tinggi.
"Mirip dengan investasi di pasar modal, penting bagi Kamu untuk waspada dan menghindari penempatan satu telur pada satu keranjang (fokus pada satu instrumen saja)," ungkap Isaacs.
Ia membicarakan, sebab minimnya regulasi, maka investasi pada bitcoin benar-benar berisiko. Tidak hanya itu, tidak ada yang tahu kapan bitcoin akhirnya bakal hancur atau kualitasnya merosot tajam.
Sebuah survei terakhir yang digelar Wall Street Journal kepada 53 orang ekonom menemukan bahwa 51 orang ekonom memandang harga bitcoin tidak berkesinambungan.
Sementara itu, sejumlah pakar yang disurvei oleh CNBC menyebut bahwa penguatan kualitas bitcoin merupakan bubble dan kemerosotannya tidak terhindari.
Studi yang diperbuat oleh para pakar di Anglia Ruskin University, Trinity College Dublin, dan Dublin City University, Irlandia menyebutkan bahwa bitcoin bisa mengancam stabilitas keuangan valuta dan pasar finansial tradisional. Laporan studi ini dihadirkan akhir pekan lalu."Bukti yang kita temukan merupakan harga bitcoin dengan cara artifisial dipengaruhi investasi yang sifatnya spekulatif, menempatkannya pada kondisi bubble," jelas Larisa Yarovaya, salah satu penyusun studi dan pembimbing di Anglia Ruskin University.
Meski tidak sedikit risiko yang menghantui, tetapi Isaacs sendiri meyakini bahwa masa depan valuta digital dengan cara umum tetap cerah. Faktor ini sejalan dengan permintaan yang tetap besar dan beberapa pertimbangan regulasi yang diperbuat otoritas tidak sedikit negara.
"Masa depan teknologi blockchain (teknologi di balik valuta digital) tampak cerah dan berpotensi mentransformasi masa depan seluruh industri dari pasar perumahan hingga layanan kesehatan dan hukum," tutur Isaacs.
Komentar
Posting Komentar